PERHATIKAN

GIZI ANAK

FREEPIK

Balita stunting berdampak terhadap penurunan kemampuan IQ.

Masalah gizi anak masih menjadi perhatian besar pemerintah. Padahal, kondisi malnutrisi pada anak atau stunting dapat dicegah sedini mungkin. Jika tidak diintervensi, anak yang mengalami stunting bisa tumbuh lebih pendek dibandingkan tinggi normal seusianya sampai dewasa.

 

Tidak hanya itu, stunting sangat berdampak pada perkembangan otak. Anak stunting juga akan mengalami gangguan kecerdasan karena kekurangan gizi mengakibatkan penahanan lemak dalam tubuh hingga memicu berbagai penyakit, termasuk jantung koroner.

 

Soal gizi juga tentu menjadi perhatian para ibu. Pengalaman tak terlupakan pun dialami oleh Yetty Anisa ketika dua buah hatinya masih balita. ‘’Anak saya saat balita tergolong kurus. Saking kurusnya, dokter anak putri saya malah menyebut anak saya kurang gizi. Pernyataan dokter itu langsung membuat saya syok dan sedih,’’ kata perempuan yang bekerja sebagai dosen ini saat ditemui akhir pekan lalu.

 

Yetty pun terus berusaha untuk membuat sang buah hati lebih berselera saat bersantap. ‘’Alhamdulillah, tumbuh kembangnya cukup baik dengan mencapai berat badan ideal,’’ kata dia dengan wajah lebih semringah.

 

Tak pelak, stunting memang menjadi perhatian karena angka penderitanya cukup besar di Indonesia.  Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting sebesar 24,4 persen.  Artinya, satu dari empat anak yang lahir di Indonesia mengalami stunting. Maka, penting melakukan skrining untuk mengetahui sekaligus menanganinya lebih cepat.

 

Tren ini diperparah oleh pandemi Covid-19. Survei tahun 2020 yang dilaksanakan terhadap rumah tangga berpendapatan rendah di Jakarta menemukan bahwa makanan bergizi, seperti buah, sayur, daging sapi, ikan, dan kacang-kacangan yang dikonsumsi anak-anak selama pandemi lebih sedikit dibandingkan 2018.

TAN APHONG TOOCHINDA/UNSPLASH

Balita stunting akan berdampak pada penurunan kualitas sebagai sumber daya manusia di masa dewasa lantaran bisa menurunkan 30 persen kemampuan IQ. Oleh sebab itu stunting harus dicegah terutama di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Tetapi lewat fase itu, gizi seimbang anak tetap perlu dijaga.

 

Masalah ini pun terus diperbaiki oleh pemerintah. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkap kendala utama mengatasi stunting di Indonesia adalah perihal eksekusi. Menurut Budi, program dan regulasi yang ada sudah relevan untuk mengatasi kasus malnutrisi pada anak tersebut.

 

Anak-anak mulai dari enam bulan ke atas, sudah perlu diberikan protein hewani dalam makanan pengganti ASI (MPASI). Selain itu, jika ada tanda-tanda atau gejala yang mengkhawatirkan, segera bawa anak ke layanan kesehatan agar bisa cepat diintervensi masalahnya.

 

Anak perlu dikasih telur, susu, dan protein hewani yang mudah didapat. Jika sakit, bawa segera ke puskesmas, dipastikan dokternya ada dan dibayar. ''Kalau stunting, dikirim ke rumah sakit, dibayar BPJS. Karena terlalu banyak program saya rasa tidak fokus, kita sudah banyak peraturan, regulasi tinggal masalahnya di eksekusi,” kata Budi.

 

Budi menekankan pencegahan stunting. Terlebih Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada 2030. Hal ini mengartikan bahwa populasi usia muda, porsinya akan lebih banyak dibandingkan yang lebih tua.

 

Setelah itu, angkanya akan turun dan populasi usia lebih tua yang kalah produktif akan menjadi lebih banyak. ''Hal yang dikhawatirkan adalah apakah generasi penerus bangsa atau anak-anak saat ini dalam kondisi yang sehat dan kuat? Jika tidak, maka alih-alih menjadi bonus demografi, melainkan justru bencana demografi. Karena itu para orang tua perlu menyadari hal ini karena terkait tumbuh kembang anak,'' ujar Budi.

 

Pemerintah menargetkan untuk menurunkan angka stunting sampai 14 persen pada 2024. Untuk mencapai target itu membutuhkan penurunan sekitar 3-3,5 persen per tahun.

 

Hal itu diakui Budi bukan pekerjaan mudah. Dia melihat bahwa ibu dan anak harus sama-sama diintervensi untuk melakukan pencegahan dini. Selain itu, edukasi kepada para ibu muda juga menjadi perhatian yang semakin penting. Kampanye gencar dan menarik semakin diperlukan sampai edukasi ini dipahami dan diterapkan. “Harus kasih makan protein hewani, jangan terjadi infeksi gizi, kita juga sudah siapkan tata laksana bagaimana kalau harus diperbaiki, mesti ke puskesmas, dokternya siap,” tambah Budi.

Harus kasih makan protein hewani, jangan terjadi infeksi gizi, kita juga sudah siapkan tata laksana bagaimana kalau diperbaiki, mesti ke puskesmas, dokternya siap.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti menuturkan kekerdilan pada anak (stunting) dapat bersifat permanen, setelah masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tidak mendapatkan koreksi atau intervensi kesehatan yang memadai.

 

Apabila anak mengalami kekerdilan, akan menyebabkan siklus antar-generasi berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak baik. Sebab, anak perempuan yang pendek pada usia dini, akan tetap pendek hingga usia dewasa dan berisiko melahirkan bayi dalam kondisi yang mengalami kekerdilan pula.

 

Prof Dr dr Damayanti R. Sjarif SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik & Ketua Satgas Stunting IDAI mengatakan akibat stunting, hal yang ditakuti adalah terkait perkembangan otak dan risiko penyakit.  “Memperbaiki yang sudah rusak  bukan hal sederhana. Selain makan, tambah susu, distimulasi otaknya. Dijalankan setengah mati, cuma sekian persen bisa diperbaiki tapi yang penting anaknya jangan malnutrisi,” kata Prof Damayanti.

 

Prof Damayanti mengimbau jangan sampai anak sudah kurus, baru melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan. ‘’Begitu melihat tanda-tanda awal, harus segera diatasi,’’ ujarnya.

 

Untuk mengetahui tanda awal ini, penting pemeriksaan rutin timbangan berat badan bayi di posyandu. Jika perkembangan anak tidak sesuai panduan, datar atau sejajar pada buku KIA, misalnya, maka harus segera ditangani dokter.

 

Damayanti menambahkan bahwa stunting bukan melulu karena tidak adanya asupan pada anak. Tetapi boleh jadi ada penyakit yang menyertainya, semisal TBC sehingga penyerapan gizi tidak optimal dan itulah yang harus diobati terlebih dulu. Begitu pula jika mencurigai anak memiliki alergi, maka dokter akan mengusulkan asupan alternatif untuk si kecil.

 

Berbagai cara dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan, seperti pemberian ASI dan MPASI yang benar berbasis protein hewani. Selain itu, pemantauan pertumbuhan yang teratur di fasilitas kesehatan seperti posyandu setiap bulannya untuk deteksi dini dan tata laksana segera weight faltering. Hal tersebut terbukti dapat mencegah stunting.

 

Weight faltering merupakan kondisi dimana arah garis pertumbuhan kurang dari yang diharapkan karena berat badan yang stagnan atau rendahnya kenaikan berat badan anak berdasar usia. ''Masa depan suatu bangsa bergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,'' ujar Damayanti.

FREEPIK

Kondisi gizi anak tentu sudah dimulai sejak sang ibu hamil hingga menyusui. Salah satu langkah untuk menjaga kecukupan gizi bisa berasal dari asupan cairan selama masa kehamilan dan menyusui. Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Bamed dr Muhammad Fadli SpOG, asupan cairan yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah sekitar 2,5 liter per hari. Kekurangan asupan cairan, lanjut dr Fadli, bisa berdampak pada volume cairan ketuban dan risiko kontraksi.

 

Tak hanya itu, calon orang tua juga perlu menjaga kesehatan mental khususnya ibu selama proses kehamilan hingga setelah melahirkan nanti. "Jika mengalami gejala gangguan jiwa seperti sering menangis, merasa hampa, tidak dapat beraktivitas, mendengar suara, cemas berlebih, segera konsultasikan diri ke dokter dan ahlinya," kata dr Darrell Fernando, SpoG MRCOG, MM, MARS, FICS.

 

Selama proses kehamilan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan calon orang tua guna menjaga kesehatan dan kenyamanan, salah satunya kontrol kehamilan sesuai dengan jadwal termasuk untuk pemeriksaan USG minimal  empat kali pemeriksaan USG selama kehamilan.

YURI SHIROTA/unsplash

Jadwal pemeriksaan yang disarankan yakni ketika trimester 1 (usia 10-13 minggu), trimester 2 (usia 20-24 minggu), dan trimester 3 (usia 28-31 minggu dan 36 minggu).

 

Perhatikan juga nutrisi dan pola makan dengan gizi seimbang. Darrell mengatakan, tidak ada makanan superior atau paling bagus dibandingkan makanan yang lainnya. Ibu hamil dapat mengkonsumsi variasi jenis makanan untuk memenuhi kecukupan gizi.

 

Hal lainnya yakni konsumsi vitamin sesuai anjuran dokter. Kebutuhan vitamin ibu hamil termasuk zat besi, asam folat, dan vitamin D. Namun sebelum mengkonsumsi ini semua, ibu hamil wajib untuk konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Kecukupan gizi ibu dan inisiasi menyusui dini (IMD) juga memiliki peranan penting dalam perjalanan mengASIhi.

Spesialis anak dr Melisa Lilisari SpA MKe turut menyarankan agar ibu hamil dan menyusui memperhatikan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari. "Hindari aktivitas berlebihan atau cuaca panas," jelas dr Melisa.

 

Usahakan untuk beraktivitas fisik sebanyak 150 menit dalam seminggu, atau 20-30 menit setiap harinya dan hindari aktivitas berat seperti lompat-lompat.

 

Calon orang tua khususnya ibu pun perlu mengenali tanda bahaya setiap trimester seperti muntah hebat, pendarahan, kontraksi atau nyeri perut hebat, pecah ketuban, tekanan darah tinggi, nyeri kepala hebat, tidak merasakan gerakan janin, dan kejang.

 

Terkait persiapan ASI sejak kehamilan, calon orang tua dapat mengkonsultasikan kondisi medis ke dokter, bidan, dan konselor laktasi sejak hamil. Selain itu sebaiknya berusaha menciptakan suasana yang nyaman, dukungan yang penuh, dan menghindari stres agar proses memberi ASI atau biasa disebut meng-ASI-hi dapat berjalan dengan lancar. "Kecukupan gizi ibu dan inisiasi menyusui dini (IMD) juga memiliki peranan penting dalam perjalanan mengASIhi," demikian kata Darrell.

top

Waspadai Masa Kehamilan dan Menyusui